Ellnews.id – Langkah Korea Utara mengirim 1.500 tentara ke Rusia menimbulkan kekhawatiran di kalangan sekutu Barat dan Ukraina.
Pengiriman pasukan ini dipandang sebagai sinyal bahwa Rusia ingin memperkuat agresinya di Ukraina dan memperpanjang durasi konflik.
Baca Juga: Kadis Kesehatan dan Dirut RSUD Kotamobagu Diperika Penyidik Kejaksaan
Menurut sumber senior kepresidenan Ukraina, pasukan khusus Korea Utara sudah berada di wilayah Timur Jauh Rusia dan tengah menjalani pelatihan untuk terlibat dalam perang. “Ini menunjukkan bahwa Rusia tidak hanya menginginkan perang lebih lama tetapi juga berusaha menarik sekutu-sekutunya ke dalam konflik ini,” ujar sumber tersebut.
Reaksi Ukraina: Memanfaatkan Situasi untuk Perkuat Hubungan dengan NATO
Ukraina melihat situasi ini sebagai kesempatan untuk semakin mempererat hubungan dengan NATO. Informasi mengenai pengiriman pasukan Korea Utara dimanfaatkan untuk menegaskan pentingnya penerimaan Ukraina sebagai anggota penuh NATO.
Hal ini sejalan dengan ‘Rencana Kemenangan’ yang baru-baru ini diperkenalkan oleh Presiden Volodymyr Zelensky.
Dalam rencana tersebut, Ukraina mendesak sekutu Barat untuk segera mempercepat proses aksesi Ukraina ke NATO dan memperkuat aliansi militer.
Menurut Zelensky, semakin cepat Ukraina bergabung, semakin sulit bagi Rusia untuk mencari celah atau memperpanjang konflik. “Kami membutuhkan komitmen kuat dari sekutu sekarang agar Rusia tidak dapat memanfaatkan situasi,” ujar salah satu pejabat Kyiv.
Aliansi Lama antara Korea Utara dan Rusia Kembali Menguat
Hubungan erat antara Pyongyang dan Moskow telah terbentuk sejak awal berdirinya Korea Utara pasca-Perang Dunia II. Namun, sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, hubungan kedua negara semakin solid.
Amerika Serikat dan Korea Selatan bahkan menuduh Korea Utara telah memasok senjata bagi militer Rusia. Keputusan Korea Utara untuk mengirim pasukan ini menegaskan bahwa kedua negara semakin terlibat dalam konflik global.
Meski demikian, keterlibatan Korea Utara bisa menjadi tantangan baru di medan perang, terutama bagi Ukraina dan sekutu Barat.
Donbass: Perebutan Wilayah Kaya Sumber Daya
Donbass menjadi salah satu titik fokus dalam konflik ini. Ukraina menolak keras gagasan negosiasi dengan Rusia karena wilayah tersebut memiliki cadangan sumber daya alam strategis, seperti uranium, titanium, litium, dan grafit.
Jika Donbass jatuh ke tangan Rusia, kekayaan ini bisa memperkuat perekonomian dan pengaruh geopolitik Rusia secara signifikan. “Rusia ingin merebut Donbass karena potensi ekonominya yang besar,” kata Zelensky.
Ukraina menawarkan kerja sama dengan Barat untuk melindungi wilayah ini dan memanfaatkannya bersama sebagai peluang investasi. Zelensky juga mengusulkan agar AS dan negara-negara Eropa membuat perjanjian perlindungan bersama terhadap sumber daya tersebut, dengan harapan dapat memperkuat keamanan dan otonomi ekonomi Eropa.
Kritik dari Rusia: Slogan Kosong dan Manipulasi Zelensky
Tidak semua pihak menyambut positif rencana Zelensky. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menilai bahwa ‘Rencana Kemenangan’ Ukraina hanyalah sekumpulan slogan tanpa arah jelas.
Zakharova menuduh Zelensky menggunakan rencana tersebut untuk memancing NATO dan sekutu Barat agar terlibat langsung dalam perang. “Ini bukan rencana kemenangan bagi Ukraina, melainkan jalan menuju kehancuran bagi rakyatnya,” tegas Zakharova.
Ia juga menuduh bahwa tujuan utama Zelensky adalah menghancurkan Ukraina sebagai negara demi kepentingan politik Barat.
Masa Depan Konflik: Apakah NATO Akan Mempercepat Langkah?
Dengan hadirnya pasukan Korea Utara di Rusia, medan perang Ukraina menjadi semakin kompleks. Ukraina kini berada di bawah tekanan untuk segera mendapatkan dukungan penuh dari NATO.
Namun, di sisi lain, negara-negara Barat semakin mempertimbangkan opsi negosiasi untuk mengakhiri konflik.
Bagi Ukraina, bergabung dengan NATO adalah langkah strategis untuk memperkuat posisi di tengah ancaman yang semakin meningkat. Namun, waktu adalah faktor krusial. Semakin lama keputusan tertunda, semakin besar peluang Rusia dan sekutunya untuk memperkuat pengaruh mereka di wilayah konflik.
Situasi Semakin Memanas di Tengah Perebutan Aliansi
Pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia menambah lapisan baru dalam konflik yang sudah kompleks. Bagi Ukraina, dukungan dari NATO dan Barat adalah satu-satunya jalan untuk menghadapi tekanan Rusia.
Namun, tantangan baru muncul seiring dengan semakin dekatnya Rusia dan Korea Utara. Keputusan Ukraina untuk tetap bersikukuh memperjuangkan Donbass dan menolak negosiasi menunjukkan bahwa konflik ini bukan hanya soal wilayah, tetapi juga pertarungan ekonomi dan geopolitik yang lebih luas.
Bagaimana situasi ini berkembang akan sangat bergantung pada langkah yang diambil NATO dan sekutu dalam beberapa bulan mendatang. Pertarungan di Ukraina kini bukan hanya pertempuran militer, tetapi juga perebutan sumber daya dan pengaruh global. (*)