Liputan KhususHukrim

Cegah Penyadapan, Tiongkok Luncurkan Komunikasi Global Berbasis Satelit Kuantum

196
×

Cegah Penyadapan, Tiongkok Luncurkan Komunikasi Global Berbasis Satelit Kuantum

Sebarkan artikel ini
images 11

Ellnews.id – Guna mengantisipasi kebocoran data atau penyadapan yang kerap terjadi, seperti yang dilakukan pihak barat pada konflik timur tengah belum lama ini, Republik Rakyat China (RRC), berencana segera meluncurkan satelit kuantum yang dijamin sangat aman.

Kebutuhan akan jaringan alternatif meningkat seiring dengan dominasi negara-negara barat atas infrastruktur komunikasi global.

komunikasi global berbasis satelit kuantum yang direncanakan akan segera diluncurkan, diklaim oleh RRC sangat aman dalam tiga tahun ke depan.

Baca Juga: Calvin Verdonk Optimis Menang Lawan Bahrain

Fisikawan Tiongkok terkemuka Pan Jianwei menyatakan, China akan menyelesaikan pembangunan konstelasi satelit kuantum dan jaringan berbasis darat terintegrasi pada tahun 2027.

10 Tahun Lagi Satelit Kuantum Beroperasi Massal

Dikenal sebagai “bapak kuantum,” Pan menyatakan selama jumpa pers bahwa ia dan tim peneliti berencana untuk meluncurkan dua hingga tiga satelit ke orbit Bumi rendah tahun depan, diikuti oleh satelit orbit Bumi tinggi dua tahun kemudian.

Konstelasi satelit tersebut kemudian akan dihubungkan ke jaringan kuantum serat optik berbasis darat di seluruh negeri.

Tim Pan memperkirakan jaringan tersebut akan siap untuk komunikasi berskala besar dalam lima hingga 10 tahun ke depan, katanya.

South China Morning Post melaporkan bahwa “teknologi ini didasarkan pada sifat khusus partikel kecil yang disebut qubit, yang dapat berada dalam lebih dari satu keadaan sekaligus. Siapa pun yang mencoba mendengarkan akan menyebabkan perubahan seketika pada partikel, yang langsung mengungkap upaya penyadapan.”

Satelit Kuantum Diklaim Tidak Bisa Diretas

Pendukung teknologi komunikasi kuantum mengatakan teknologi itu dapat membuat segalanya, mulai dari perbankan pribadi hingga komunikasi pertahanan nasional, hampir tidak mungkin diretas.

Kekhawatiran tentang komunikasi yang aman meningkat di tengah perang yang sedang berlangsung antara Israel dan AS di satu sisi dan Iran dan Poros Perlawanan di sisi lain sejak Oktober tahun lalu.

Baca juga  Bahas Soal Ketahanan Pangan, STA Bungkam Dua Kandidat Calon Wakil Walikota Dalam Debat Pilwako Kotamobagu

Beberapa hari setelah dimulainya perang, muncul laporan bahwa tidak hanya Israel tetapi juga intelijen Inggris yang mengawasi komunikasi Hizbullah di Lebanon, anggota utama Poros.

The Daily Telegraph melaporkan bahwa Inggris menggunakan pos penyadapannya di Gunung Olympus di Siprus tengah, salah satu lokasi pengumpulan intelijen paling penting dalam jaringan Five Eyes, untuk memata-matai aktivitas Hizbullah.

Karena khawatir Israel akan menyusup ke jaringan komunikasinya, Hizbullah tidak lagi menggunakan telepon seluler dan menggunakan teknologi lain, termasuk pager dan walkie-talkie.

Baca Juga: Israel Nyaris Bangkrut Biayai Perang di Gaza

Namun, intelijen Israel berhasil mengatur agar Hizbullah membeli perangkat elektronik yang diproduksi oleh perusahaan depan dan ditanamkan dengan bahan peledak yang dapat diledakkan dari jarak jauh dan secara massal, menewaskan 39 orang dan melukai ribuan lainnya, termasuk banyak yang kehilangan mata, tangan, dan anggota tubuh.

Masalah komunikasi yang aman diperburuk oleh kontrol AS dan Israel atas perusahaan-perusahaan yang mendominasi sebagian besar infrastruktur komunikasi dunia yang ada, termasuk Google dan Meta, pemilik platform perpesanan WhatsApp.

Meta Berikan Data WhatsApp Warga Palestina ke Israel

Pada bulan April, laporan menunjukkan bahwa Meta memberikan data komunikasi WhatsApp antara warga Palestina di Gaza kepada Israel.

Data tersebut dijalankan melalui sistem penargetan AI milik Israel, yang dikenal sebagai Lavender, untuk menargetkan warga Palestina dan keluarga mereka menggunakan serangan udara.

Kekhawatiran muncul baru-baru ini setelah Starlink, anak perusahaan SpaceX milik Elon Musk, mengumumkan akan menyediakan jangkauan internet berbasis satelit di Yaman.

Mayor Jenderal Khaled Ghorab, seorang pakar urusan militer Yaman, mengatakan kepada The Cradle bahwa waktu pemindahan ini terkait dengan kerugian AS akibat operasi angkatan laut Yaman di Laut Merah.

Baca juga  WhatsApp Status Kini Bisa Like Dan di-Mention

Ia yakin penyebaran komunikasi satelit merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk jenis peperangan baru yang memadukan tindakan di darat dengan intelijen berbasis satelit.

Financial  Times  melaporkan pada bulan Maret bahwa AS dan Inggris menghadapi kekurangan intelijen dalam kampanye Laut Merah mereka, khususnya mengenai kemampuan persenjataan pasukan yang bersekutu dengan Ansarallah.

Kesenjangan intelijen ini menggarisbawahi kebutuhan barat akan jaringan mata-mata yang andal, dan peran Starlink dalam konteks ini menimbulkan pertanyaan serius.

Laporan  Reuters dari  bulan Maret mengungkapkan bahwa SpaceX telah menandatangani kontrak rahasia dengan Departemen Pertahanan AS untuk mengembangkan sistem satelit mata-mata yang mampu mendeteksi ancaman global secara real-time. (*)