Ellnews.id – Meski diterpa hujan deras, semangat ratusan pemuda dan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Bogani tetap menggelora untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat Bolaang Mongondow. Aksi demo ini berlangsung pada Selasa, 12 November 2024, di depan Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta. Dalam aksi tersebut, mereka menyerukan tuntutan tegas agar PT J Resources Bolaang Mongondow (JRBM) segera menghentikan operasinya.
PT JRBM dan Dampak Lingkungan di Bolaang Mongondow
Kehadiran PT J Resources Bolaang Mongondow (JRBM) anak perusahaan dari PT J Resources Asia Pasifik TBK, dianggap membawa dampak buruk bagi masyarakat dan lingkungan setempat. Aktivitas penambangan emas di daerah tersebut dinilai telah menyebabkan kerusakan lingkungan serius dan menimbulkan risiko kesehatan bagi masyarakat sekitar. Walid Mokodompit, koordinator lapangan aksi, menegaskan bahwa masyarakat dan lingkungan Bolaang Mongondow menghadapi ancaman berkelanjutan yang disebabkan oleh aktivitas tambang ini.
“Kerusakan lingkungan ini tidak hanya berdampak untuk saat ini, tapi juga akan terasa puluhan tahun mendatang,” ungkap Walid dalam orasinya. Ia menambahkan bahwa, jika dibiarkan, generasi mendatang akan mewarisi beban besar dari kerusakan yang sudah terjadi di tanah Totabuan.
Kerusakan Lingkungan dan Dampaknya bagi Masyarakat
Sejak awal beroperasi, aktivitas tambang emas PT J Resources di Bolaang Mongondow disebut-sebut membawa lebih banyak kerugian daripada manfaat. Kerusakan lingkungan seperti pencemaran air dan tanah, hingga konflik sosial dengan petani lokal, menjadi sorotan dalam aksi demo ini. Salah satu contoh nyata adalah kematian ribuan bibit pohon kakao milik petani, yang diduga disebabkan oleh lumpur hasil limbah tambang.
“Kami, sebagai pemuda dan mahasiswa yang mencintai Bolaang Mongondow, mengutuk keras seluruh kerusakan yang disebabkan oleh PT J Resources Asia Pasifik. Kami tidak akan tinggal diam menyaksikan perusakan tanah Totabuan kami,” tegas Walid dalam orasinya.
Sikap Tegas Menolak Perusakan Tanah Kelahiran Oleh Mahasiswa Bogani dan Aliansi Pemuda
Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Bogani menyatakan bahwa mereka tidak akan berhenti memperjuangkan kepentingan daerah dan akan melawan siapa pun yang merusak masa depan Bolaang Mongondow. Mereka menegaskan bahwa perjuangan ini adalah harga mati untuk masa depan lingkungan dan kesejahteraan generasi mendatang.
“Kami meminta PT J Resources untuk segera meninggalkan Bolaang Mongondow. Jangan jadikan daerah kami sebagai korban eksploitasi tanpa tanggung jawab,” tandas Walid.
Empat Tuntutan Utama dalam Aksi Demo
Berikut ini empat tuntutan utama yang disampaikan Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Bogani dalam aksinya di Jakarta:
1. Meminta Presiden Prabowo Subianto untuk menyelamatkan masyarakat Bolaang Mongondow dari dampak aktivitas tambang yang merusak lingkungan.
2. Mendesak Kementerian ESDM segera mencabut izin operasi PT J Resources Bolaang Mongondow.
3. Menuntut pencopotan Direktur Utama PT J Resources Asia Pasifik TBK.
4. Menuntut PT J Resources Asia Pasifik segera menghentikan operasi di Bolaang Mongondow dan tidak memperburuk kondisi lingkungan serta kesejahteraan masyarakat.
PT J Resources Belum Menanggapi Aksi Demo
Hingga berita ini diturunkan, pihak PT J Resources Bolaang Mongondow belum memberikan tanggapan terkait aksi demo dan tuntutan yang diajukan. Masyarakat dan Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Bogani berharap pemerintah dan perusahaan bisa segera mengambil tindakan konkret agar Bolaang Mongondow tidak semakin rusak.
Harapan Akan Keputusan Tegas demi Masa Depan Bolaang Mongondow
Aksi Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Bogani ini menunjukkan besarnya kepedulian generasi muda terhadap masa depan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di tanah Totabuan. Mereka berharap pemerintah bersikap tegas dalam menangani masalah ini, mengingat dampaknya yang sangat luas bagi kehidupan masyarakat Bolaang Mongondow dan generasi mendatang.
Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Bogani percaya bahwa upaya mereka adalah langkah nyata dalam menjaga kelestarian alam dan mengingatkan pemerintah akan pentingnya tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat. Aksi ini adalah wujud harapan akan masa depan yang lebih baik bagi Tanah Totabuan dan warganya. (*)